Keputusan Safani Merah untuk pergi bekerja sangat sulit. Bagaimana mungkin dia tidak melepaskan pekerjaan yang telah digelutinya selama 25 tahun di sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Namun siapa sangka keputusan ini membuahkan hasil. Lewat brand Bananania, warga Solomon Yogyakarta ini mendapatkan omzet puluhan juta dari usaha keripik pisang aneka rasa.
Ia juga mengatakan memulai Bananania pada Mei 2019. Ia memasuki bisnis keripik pisang, salah satunya karena permintaan suaminya agar tidak menghabiskan waktu di tempat kerja.
Dengan terjun ke dunia bisnis, ia memiliki waktu untuk dihabiskan bersama keluarganya. Apalagi ia dibantu oleh beberapa karyawan.
Pisang telah menjadi komoditas komersial bagi Mirah karena ingin menawarkan produk yang sehat untuk dikonsumsi. Di sisi lain, ia juga ingin memanfaatkan potensi pisang yang sangat besar, terutama karena acaranya tidak mengenal musim.
“Jadi, misalnya, jika saya bisa meminta terlalu banyak, saya tidak akan kekurangan pisang,” tambahnya.
Membangun bisnis keripik pisang sebenarnya tidak membutuhkan modal yang besar. Menurut dia, dengan modal tidak lebih dari Rp 5 juta, perusahaan sudah bisa dikelola.
Modal Rs 5 juta dapat digunakan untuk membeli 1.000 parsel yang Rs 2.000 per parsel. Kemudian beli pisang di awal 2-3 tandan per hari. Harga per ikat pisang berkisar antara Rp 50-75 ribu. Modal tersebut juga digunakan untuk gaji pegawai.
“Lalu saya butuh uang untuk membayar gaji karyawan karena saya punya dua karyawan. Saya juga butuh kompor, karena beda dan tidak bisa dicampur di dapur rumah. Saya beli bumbu dari dua karyawan,” tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, Mirah membutuhkan peralatan tambahan seperti alat pengiris daging, pencampur bumbu dll sehingga modalnya diperkirakan mencapai 20 juta rupiah.
Dalam hal pemasaran, Mira melihat jaringan toko dan toko suvenir. Tinggalkan produknya di toko-toko.
“Saat ini kami sudah masuk sekitar 400 toko, termasuk 150 toko souvenir. Jadi 250 supermarket, dan ini ke depannya, insya Allah. Awal bulan depan saya tambah lagi 55 toko untuk Famart dan Alfamedi,” ujarnya. .
Pandemi COVID-19 berdampak besar bagi para pelaku usaha, termasuk Mirah. Dengan hal ini, lakukan penyesuaian secara cepat dengan melakukan pemasaran online. Itu juga telah memasuki banyak pasar seperti Shopee, Tokopedia dan Blibli dengan nama Banania Official Store.
“Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk melakukan penjualan yang baik ke Shopee untuk ekspor. Saat ini sudah bisa dipesan dari Malaysia, Singapura, dan Filipina. Kami juga sering menerima pesanan dari Singapura dan Malaysia, tetapi Filipina tidak memecahkan telur ini.”
Produk Bananania ditawarkan seharga 15.000 rupee dengan berat 125 gram untuk penjualan eceran. Ini menawarkan harga yang berbeda tergantung pada hubungan apakah untuk agen, penjual, ekspor atau bisnis (B to B).
Ketika ditanya tentang volume penjualan, ia memperoleh rata-rata Rs.38 juta sebulan. Omset ini terlalu besar untuk bisnis yang sudah bertahan selama tiga tahun.
“Karena wabahnya masih sedikit, masih 38 juta rupiah sebulan. Ini belum ada di Alfamart dan Alphamedi. Besar harapan saya di sana,” ujarnya.
Bagi yang ingin berbisnis, disarankan untuk “mendekati” Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta dinas koperasi dan usaha kecil menengah setempat. Dengan demikian, para pelaku usaha dapat memperoleh pengetahuan dan informasi tentang dunia usaha, mulai dari perizinan dan pelatihan hingga menjalin hubungan usaha.
“Jadi, di kantor, kita pasti akan masuk dalam kelompok UMKM yang kurang terlayani. Penting juga untuk kita ikuti karena akan banyak informasi yang bisa kita dapatkan. Misalnya, ‘Di sini, akan ada pelatihan ini’. . Di sini ada regulasi ini,” jelasnya.